Jumat, 12 Oktober 2012

PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM TUGAS KEPERAWATAN



selamat datang di blogg aly caper,,,
semoga contoh tugas dibawah ini dapat meng inspirasi kalian dalam mengerjakan tugas...

langsung saja ini dia.

       PENERAPAN NILAI-NILAI PANCASILA DALAM TUGAS KEPERAWATAN


LATAR BELAKANG

Seorang perawat adalah sebagai tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum. Dalam menghadapi pasien, seorang perawat
harus mempunyai etika, karena yang dihadapi perawat adalah juga manusia.

Perawat harus bertindak sopan, murah senyum dan menjaga perasaan pasien.
Ini harus dilakukan karena perawat adalah membantu proses penyembuhan pasien bukan memperburuk keadaan. Dengan etika yang baik diharapkan seorang perawat bisa menjalin hubungan yang lebih akrab dengan pasien.

Dengan hubungan baik ini, maka akan terjalin sikap saling menghormati dan menghargai di antara keduanya.

Etika dapat membantu para perawat mengembangkan kelakuan dalam
menjalankan kewajiban, membimbing hidup, menerima pelajaran, sehingga para perawat dapat mengetahui kedudukannya dalam masyarakat dan lingkungan perawatan.

Dengan demikian, para perawat dapat mengusahakan kemajuannya secara sadar dan seksama. Oleh karena itu dalam perawatan teori dan praktek dengan budi pekerti saling memperoleh, maka 2 hal ini tidak dapat dipisah – pisahkan.

Selain dengan tujuan tersebut, maka dapat dikemukakan bahwa nama baik
rumah sakit antara lain ditentukan oleh pendapat / kesan dari masyarakat umum. Kesehatan masyarakat terpelihara oleh tangan dengan baik, jika tingkatan pekerti perawat dan pegawai – pegawai kesehatan lainnya luhur juga. Sebab akhlak yang teguh dan budi pekerti yang luhur merupakan dasar yang penting untuk segala jabatan, termasuk jabatan perawat.












PENERAPAN PANCASILA DALAM PROFESI KEPERAWATAN

ARTI BUDI PEKERTI DALAM PERAWATAN
     Yang dimaksudkan dengan budi pekerti itu umumnya kelakuan dan akhlak
 seseorang yang diterapkan oleh tradisi, adat, dan kebiasaan. Budi pekerti dalam
 perawatan khususnya berarti tata susila yang berhubungan dengan cita – cita adat                       dan kebiasaan yang mempengaruhi seorang perawat dalam menunaikan pekerjaannya.

1. Manfaat Budi Pekerti Bagi Perawat
    Dasar – dasar budi pekerti yang sehat sangat dibutuhkan untuk kepribadian yang
baik. Bagi anggota perawat, kepribadian yang baik adalah penting, karena perawat
adalah seorang yang memberikan pelayanan / perawatan baik terhadap orang sakit
maupun terhadap orang sehat. Perawatan bukan saja merupakan keahlian untuk
sekedar mencari nafkah, akan tetapi mengingat tujuannya juga merupakan pekerjaan yang suci.

2. Manfaat Budi Pekerti Yang Luhur Bagi Penderita
    Seorang perawat yang mempunyai budi pekerti yang luhur dan menjalankan
pekerjaannya dengan baik, tak akan luput pengaruh baiknya pada penderita yang
dirawatnya. Amal jasmani dan rohani yang diberikan dengan penuh kerelaan oleh
perawat kepada penderita, merupakan faktor penting untuk kesembuhan penderita
tersebut. Seringkali perawat diajukan pertanyaan – pertanyaan yang bertalian dengan pengertian akhlak dan kerohanian oleh penderita. Dalam hal ini, perawat bias menjadi penolong yang berguna untuk memberi kekuatan jiwa terutama kepada mereka yang tidak mempunyai harapan sembuh.
            SENYUM TULUS PERAWAT MERUPAKAN PENGAMALAN PANCASILA.

1. Makna senyuman
   Senyum merupakan sikap yang mudah, ceria, ringan dan sederhana untuk dilakukan. Senyuman mengandung samudera hikmah atau kemanfaatan yang luar biasa baik bagi pemberi maupun penerimanya.
Tanadi Santoso menyebutkan keluarbiasaan senyuman sebagai sebuah kekuatan universal yang menarik sekali. Disebutnya demikian, karena ia berpandangan bahwa senyuman akan menunjukkan hal yang positif. Senyum yang tulus dengan hati terbuka akan memancarkan sikap mental yang positif. Akan memancar kehangatan dari orang tersebut. Sebuah perasaan (feeling) yang mudah menular. Juga menunjukkan keterbukaan dengan orang lain. Terasa sebuah perasaan keyakinan (confident) akan hidup dan yang terasa lainnya, apapun yang dikatakan akan terasa lebih manis, enak didengar dan menyenangkan bagi orang lain.




Soejitno Irmim dan Abdul Rochim dalam bukunya “Penampilan Pribadi yang Simpatik”, menyatakan bahwa disamping senyum itu murah, tidak usah membeli dan persediannya luar biasa banyaknya, senyum ternyata memiliki daya ajaib seperti senyum dapat membangkitkan jiwa-jiwa yang lemah dan semangat yang terkoyak-koyak. Senyum dapat mengubah impian menjadi kenyataan.

Seorang perawat juga hendaknya memiliki senyuman yang tulus yang mampu memotivasi pasien-pasien yang ditanganinya. Selain itu senyuman merupakan modal utama bagi seorang perawat dalam bersosialisasi dengan lingkungan rumah sakit atau lingkungan kerja. Seyum seorang perawat terhadap pasiennya sangat penting karena senyum perawat membuat pasien nyaman dalam menjalani pengobatan.

Perhatian yang diberikan perawat merupakan salah satu factor yang menunjang dalam bisnis dibidang pelayanan kesehatan. Zig Zaglar mengatakan bahwa “bila kita cukup memberikan apa yang diinginkan oleh orang lain, maka kita akan mendapatkan apapun yang kita inginkan”. Memberikan apa yang diinginkan orang lain berarti menciptakan nilai tambah bagi orang tersebut, siapapun dan bagaimanapun rupanya, orang tersebut akan merasa sangat dihargai. Bentuk pemenuhan kebutuhan ini tidak saja dengan terapi medikamentosa, namun lebih dari itu adalah sikap yang ramah tamah, penuh kesabaran dan perasaan serta senyum polos yang tidak dibuat-buat.


2. Senyuman Perawat dalam Menangani Pasien sebagai Pengamalan Pancasila
Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien adalah hubungan perawat-pasien yang bersifat profesional dengan penekanan pada bentuk interaksi aktif antara perawat dan pasien. Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi pasien dengan memotivasi keinginan pasien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi kesehatannya.
Salah satu motivasi seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan dalam menangani pasiennya, yaitu dapat mengambil dari pengamalan Pancasila. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Di dalam Pancasila terdapat butir-butir yang memuat seluruh pedoman dalam menjalani kehidupan sebagai manusia yang memiliki bangsa dan negara yang telah merdeka.
Setiap masyarakat Indonesia dituntut untuk dapat mengamalkan beberapa dari butir-butir pengamalan Pancasila tersebut. Salah satu profesi yang menuntut agar berpedoman pada Pancasila dalam menjalankan tugasnya yaitu seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan. Perawat atau mahasiswa keperawatan dituntut dapat mengamalkan beberapa pengamalan Pancasila sebagai upaya dalam merawat pasien. Hal ini dikarenakan seorang perawat maupun mahasiswa keperawatan bekerja untuk sosial, berkecimpung di bidang kesehatan masyarakat, serta bersosialisasi dengan masyarakat. Perawat maupun mahasiswa keperawatan dituntut mampu mengayomi masyarakat yang sedang menjalani pengobatan (pasien).





     Dalam butir pancasila sila kedua dalam pengamalannya disebutkan “mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia”. Ini berhubungan dalam bidang keperawatan. Karena dalam keperawatan seorang perawat harus memiliki sifat saling mencintai dalam penyembuhan pasien. Sifat saling mencintai dapat menumbuhkan jati diri seorang perawat dalam menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Dalam butir pancasila sila kelima ’’mengembangkan sikap adil terhadap sesama’’. Jadi seorang perawat harus dapat menerima keadaan setiap pasien yang ditanganinya baik itu dari golongan bawah maupun golongan atas.
Senyum Tulus Perawat untuk Penyembuhan Pasien
Keramahtamahan merupakan hal yang sangat utama dalam pelayanan kesehatan. Impian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang ramah dari pelaku kesehatan sangat tinggi, Namur kondisi ini sangat bertentangan dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, dalam hal ini adalah pelayanan kesehatan di rumah sakit. Dalam kenyataannya, pelaku kesehatan telah menomorduakan pasien dan yang menjadi perhatian utama adalah bagaimana caranya untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dari pelayanannya.
Sebagaimana dijelaskan bahwa Quality Assurance (QA) adalah usaha untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. QA ini merupakan salah satu faktor penting dan fundamental bagi manajemen rumah sakit itu sendiri dan para stakeholder. Dampak dari QA menentukan hidup matinya sebuah rumah sakit. Bagi rumah sakit, adanya QA yang baik tentu saja membuat rumah sakit mampu untuk bersaing dan tetap exist di masyarakat. Mengacu pada konsep ini, apabila para perawat yang merupakan jumlah terbanyak dalam rumah sakit tersebut dalam pelayananannya menunjukkan sikap tidak profesional dengan “tidak tersenyum” saja maka sebenarnya rumah sakit tersebut sudah kalah bersaing dengan rumah sakit lainnya.
Bagi pelaku kesehatan, dengan adanya QA para pelaku kesehatan dituntut untuk semakin teliti, telaten, dan hati-hati dalam menjaga mutu pelayanannya. Ternyata senyuman saja pun membawa dampak yang sangat besar bagi sebuah rumah sakit. Selain Djajendera (2008), yang mengatakan bahwa senyum tulus Anda adalah mahakarya kebaikan, Purwodadi, S. H. (2008) juga mengungkapkan beberapa hal tentang senyum. Diantaranya adalah:
Senyum itu murah, tetapi menciptakan banyak hal yang baik
Senyum itu menguntungkan bagi yang menerima, tanpa merugikan yang memberi
Senyum itu terjadi sekejap dan kesannya kadangkala tidak akan pernah berakhir selamanya, artinya senyum yang hanya sekejap diperlihatkan itu mempunyai kesan yang mendalam seolah tidak akan bisa terlupakan.
Agar suatu rumah sakit terhindar dari sebutan rumah sakit yang tidak ramah, perlu adanya beberapa langkah konkrit untuk mencapai QA dalam hospitality in nursing services, seperti yang ditawarkan oleh Purwodadi, S.H (2008), yaitu: Mulailah dengan Senyum.
Senyuman yang dimaksud adalah senyuman yang murni dan tulus dari dalam lubuk hati, bukan senyum yang dibuat-buat.








    Watson menekankan dalam sikap caring ini juga harus tercermin sepuluh faktor kuratif yaitu:
Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien.
Memberikan kepercayaan – harapan dengan cara memfasilitasi dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari pertolngan kesehatan.
Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain.
Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang dialami klien.
Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien.
Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal, memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit klien.
Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi. Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya.
Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai. Kadang-kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada pengalaman atau pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam tentang diri sendiri.
Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalu dilakukan oleh perawat agar semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu, melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk lebih memahami diri sebelum mamahami orang lain.







PERAN DAN MANFAAT KEPERAWATAN DARI SEGI IDEOLOGi PANCASILA
Perawat profesional pemula mempunyai peran dan funsgi sebagai berikut:
“Melaksanakan pelayanan keperawatan profesional dalam suatu sistem pelayanan kesehatan sesuai kebijakan umum pemerintah yang berlandaskan pancasila, khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah” yaitu :
  1. Menunjukkan sikap kepemimpinan dan bertanggung jawab dalam mengelola asuhan keperawatan.
  2. Berperan serta dalam kegiatan penelitian dalam bidang keperawatan dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan atau asuhan keperawatan.
  3. Berperan secara aktif dalam mendidik dan melatih pasien dalam kemandirian untuk hidup sehat.
  4. Mengembangkan diri terus menerus untuk meningatkan kemampuan profesional.
  5. Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya. Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang reaktif, produktif, terbuka untuk menerima perubahan serta berorientasi kemasa depan, sesuai dengan perannya.


A.    Melakukan profesi keperawatan secara akontabel dalam suatu sistempelayanan kesehatan sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahberlandaskan Pancasila, khususnya pelayanan dasar sampai dengantingkat kerumitan tertentu secara mandiri kepada individu, keluarga,dan komunitas berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan mencakup :

1.)    Menerapkan konsep, teori, dan prinsip ilmu perilaku, ilmu sosial,ilmu biomedik,     dan ilmu keperawatan dalam melaksanakanpelayanan dan/atau asuhan keperawatan kepada individu,keluarga, dan komunitas.

2.)    Melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan melaluipengkajian, penetapan diagnosa keperawatan, perencanaan,implementasi dan evaluasi keperawatan baik bersifat promotif,preventif, kuratif, dan rehabilitatif kepada klien/keluarga denganmasalah keperawatan dasar dan rumit, sesuai dengan bataskewenangan, tanggung jawab, dan kemampuan perawat, yangberlandaskan pada etika profesi keperawatan.

3.)    Mendokumentasikan seluruh tahapan proses keperawatan secaraakurat, sistematik, dan memanfaatkannya dalam upayameningkatkan kualitas asuhan keperawatan.




4.)    Bekerja sama dengan tenaga kesehatan dan disiplin ilmu laindengan menerapkan prinsip manajemen dalam menyelesaikanmasalah kesehatan yang berorientasi pada pelayanan dan asuhankeperawatan.

B.     Mengelola pelayanan keperawatan profesional tingkat rendah secarabertanggungjawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan yangmencakup:

1.)    Menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan yang sesuaidengan kondisi setempat dalam mengelola pelayanan/asuhankeperawatan.

2.)    Melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, danpengawasan terhadap perawat pemula; dalam mengelolapelayanan/asuhan keperawatan.

3.)    Bertindak sebagai pemimpim formal dan tidak formal untukmeningkatkan movitasi dan kinerja staf keperawatan dalammengelola asuhan keperawatan.

4.)    Menggunakan berbagai strategi perubahan untuk mengelolapelayanan keperawatan.

5.)    Menjadi contoh peran profesional dalam mengelola manajemen



SYARAT MENJADI PERAWAT YANG BAIK
     Seorang siswa pada permulaan masuk sekolah mempunyai keinginan untuk mengetahui bagaimana caranya untuk menjadi perawat yang baik.
Dalam memilih sesuatu keahlian, seseorang harus mendapatkan kepuasan dalam lapangan pekerjaan pilihannya itu. Pekerjaan seorang perawat adalah pekerjaan manusiawi untuk menolong sesama manusia agar mendapatkan kesehatan yang tinggi dan untuk mengadakan lingkungan yang sehat bagi penderita maupun orang sehat. Perawatan adalah pekerjaan yang berguna dan penting, serta dapat memberi kepuasan batin bagi orang-orang yang memasukinya.




Perawat perlu mengatasi keperluan-keperluan dalam merawat penderita secara langsung/tidak langsung. Misalnya mengenai sikapnya, karena menghadapi penderita dari bermacam-macam tingkatan, umur, dan lain-lain. Maka perlu diperhatikan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan jasmani maupun rohani penderita, sehingga bila penderita itu memerlukan pertolongan dapat diberikan secara cepat. Perawat harus dapat memberi bimbingan hidup sehat kepada penderita. Dari uraian-uraian diatas, Dapat ditarik kesimpulan secara lebih spesifik.

Syarat-syarat untuk menjadi perwat yang baik adalah :
1.) Berminat terhadap perawatan, sehingga perawat dapat memberikan kepuasan                                                              perawatan pada penderita.
2.) Mempunyai rasa kasih sayang.
3.)_ Mempunyai rasa sosial dan tabiat ramah.
4.) Mempunyai kemampuan untuk menjaga nama baik perawat dan instansi/unit kerjanya
5.) Berpikiran dan berkelakuan baik serta berbadan sehat agar supaya sanggup menjalankan pekerjaannya.


PERTIMBANGAN MORAL BAGI PERAWAT DALAM MENJALANKAN TUGASNYA.
    Nilai moral merupakan penilaian terhadap tindakan yang umumnya diyakini oleh para anggota suatu masyarakat tertentu sebagai “yang salah” atau “yang benar” ( Berkowit Z,1964 ).
Pertimbangan moral adalah penilaian tentang benar dan baiknya sebuah tindakan. Akan tetapi tidak semua penilaian tentang “baik” dan “benar” itu merupakan pertimbangan moral, banyak diantaranya justru merupakan penilaian terhadap kebaikan / kebenaran, estesis, teknologis / bijak.
Jadi jelas bahwa seorang perawat harus benar-benar mempertimbangkan nilai-nilai moral dalam setiap tindakannya. Seorang perawat harus mempunyai prinsip-prinsip moral, tetapi prinsip moral itu bukan sebagai suatu peraturan konkret untuk bertindak, namun sebagai suatu pedoman umum untuk memilih apakah tindakan-tindakan yang dilakukan perawat itu benar atau salah. Beberapa kategori prinsip diantaranya :
-Kebijakan ( dan realisasi diri )
-Kesejahteraan orang lain
-Penghormatan terhadap otoritas
-Kemasyarakatan / pribadi-pribadi
-Dan keadilan


Seorang perawat harus mempunyai rasa kemanusiaan dan moralitas yang tinggi terhadap sesama. Karena dengan begitu, antara perawat dan pasien akan terjalin hubungan yang baik. Perawat akan merasakan kepuasan batin, bila ia mampu membantu penyembuhan pasien dan si pasien sendiri merasa puas atas pelayanan perawatan yang diberikan, dengan kata lain terjadi interaksi antara perawat dan pasien.


    Selain prinsip-prinsip moralitas yang dikemukakan diatas, ajaran moralitas dapat juga berdasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila pancasila, misalnya dalam sila I dan sila II.
1. Sila I ( Ketuhanan Yang Maha Esa )
     Bahwa kita menyakini akan adanya Tuhan ( Allah SWT ), yang akan selalu mengawasi segala tindakan-tindakan kita. Begitu juga dengan perawat. Bila perawat melakukan Malpraktik, mungkin ia bias lolos dari hukuman dunia. Tetapi hokum Tuhan sudah menanti disana ( akhirat ).
Jadi perawat harus mampu menjaga perilaku dengan baik, merawat pasien sebagai mana mestinya.

2. Sila II ( Kemanusiaan Yang adil dan Beradap )
     Disini jelas bahwa moralitas berperan penting, khususnya moralitas perawat dalam menangani pasien. Perawat harus mampu bersikap adil dalam menghadapi pasien, baik itu kaya-miskin, tua-muda, besar-kecil, semua diperlakukan sama, dirawat sesuai dengan penyakit yang diderita pasien.

SIKAP DAN PRIBADI DALAM PEKERJAAN.
     Sikap dan pribadi menentukan segala perbuatan dan tingkah laku manusia. Keadaan sikap dan pribadi seseorang dipengaruhi oleh kekuatan batinnya : pikiran, perasaan, kemauan dan ilham / intuisinya.
Kemauan seorang perawat merupakan bakat atau pemberian dari jiwanya. Ia dapat memilih dengan kekuatan pikiran, sehingga ia dapat memastikan mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Baik buruk kemauan itu tergantung pada tujuannya dan tujuan itu ditentukan oleh :
a. Keluhuran budi manusia
b. Kesosialan manusia
Berbicara tentang budi pekerti, tidak lepas dengan yang namanya kejujuran. Dalam dunia perawatan kejujuran itu mempunyai arti yang luas sekali. Jujur dalam kelakuan dan pembicaraan adalah penting untuk si sakit dan lingkungannya.
Perawat hendaknya membiasakan diri menahan pembicaraan tentang hal – hal si sakit dengan orang yang tak mempunyai hal dalam hal itu dan yang tidak mengerti soal perawatan penderita, meskipun orang tersebut keluarga si sakit sendiri. Sebaiknya diserahkan kepada Dokter yang bersangkutan. Kemungkinan akibat yang tidak baik akan terjadi jika perawat menceritakan perihal penyakit penderita kepada orang lain / penderita itu sendiri mengetahui penyakitnya yang sebenarnya.
Selain perawat harus jujur dalam menunaikan tugasnya, ia juga harus mengerti kata – kata apa yang dapat dikeluarkan sehubungan dengan penderita dan penyakitnya. Hal ini penting sekali karena berhubungan dengan jiwa dan keselamatan manusia.


DAFTAR PUSTAKA

*Prof. Drs. H.A.W. Widjaja. 2003. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi. Jakarta : Penerbit PT Raja Grafindo Persada
*Drs. Kaelam. M.S. 1995. Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta.
Penerbit : Paradigma Yogya
*Dra. Hj. Mimin Emi Suhaemi. 2004. Etika Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
*Asih, Luh Gede Yasmin. 1993. Prinsip – prinsip Merawat Berdasarkan Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar